Rabu, 09 Maret 2011

Bali memang jadi tujuan Backpacker saya untuk liburan Semester Ganjil kali ini. Apalagi ketika saya melihat teman-teman saya di facebook dengan bangga mereka memajang foto-foto mereka ketika berkunjung ke Pulau yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini. Hmmm.. Ini menjadi suntikan semangat bagi saya untuk mewujudkan mimpi saya untuk berkunjung kesana ketika libur Semester ganjil nanti.
iResolusi, what is that??

Tekat saya sangat kuat untuk dapat merasakan pesona yang dipancarkan oleh Pulau Dewata. Bermodalkan dengan sebuah celengan Kodok warna Hijau (saya menyebutnya Si Kodok) yang saya beli dengan harga 3.000 rupiah saja. Saya rajin mengisinya setiap hari. Akhirnya saya membuat beberapa iResolusi yang bertujuan untuk memecahkan masalah (memberi solusi) dalam tercapainya sebuah target yang kita inginkan. iResolusi yang pertama saya namakan iResolusi Brunch, iResolusi ini mewajibkan diri saya untuk mengganti makan pagi (sarapan) saya pada sekitar pukul 9.00-11.00 pagi, kenapa saya sebut iResolusi ini dengan sebutan iResolusi Brunch? Brunch saya ambil dari kata Breakfast dan Lunch yang pasti karena iResolusi ini saya bisa memotong jatah makan saya untuk menambah modal Backpacker nanti.. (Maklum duit mahasiswa mbak.. Masa mau minta duit terus ke orang tua? Malu dong sama title Mahasiwa yang telah menjadi status saya… hhehehe…)
iResolusi yang kedua saya namakan iResolusi +500 (plus 500), kenapa saya sebut dengan sebutan iResolusi +500? Ada yang tau? Jadi tujuan dari iResolusi +500 ini adalah agar saya bisa memperoleh tambahan modal minimal 500.000 rupiah. Darimana saya mendapatkan modal tersebut? Ternyata banyak lho cara menyiasatinya. Cekidott..!!
1.      Ga Boleh kirim SMS lewat HP, tapi kudu lewat YM (Yahoo Messanger).. Berhubung saya pake modem unlimited kan sayang kalo enggak dimanfaatin bener-bener. Jadi ini bisa dijadiin alat komunikasi pengganti SMS kan? Toh kirim SMS pake YM juga nyampe ke nomor HP temen-temen saya, hhehehe..

2.      Enggak boleh nelpon, kecuali emang puueeeeenting banget! (Jatah buat Pulsa,bener-bener saya potong sampai 75%, “Demi BALI”).

3.      Kalo enggak berkepentingan banget saya melarang diri saya untuk pergi keluar rumah (kecuali dengan memakai sepeda) karena uang untuk bensin saya potong sampai 80%.

iResolusi yang terakhir adalah iResolusi 35 L. Saya menamakan ini karena saya ingin membeli tas gunung berukuran 35 Liter (yang biasa dipakai para Backpacker, maklum boss.. Biasanya Backapacker.an make tas-tas biasa, hhehehe…). Kemarin say melihat tas punggung (ga tau ukurannya berapa, belum sempat nanya) merek EIGER, dengan dipatok harga 880.000 rupiah. “Waaaaww.. Mahal sekali??” dalam hati saya. Tapi saya memberanikan diri untuk berkunjung ke toko berikutnya, yaitu agen  “The North Face” dan menanyakan harga tas punggung merek The North Face ukuran 35 Liter. Ternyata sangat berbeda jauh dengan EIGER, dia memberikan tawaran harga sebesar 175.000 rupiah (tidak bisa ditawar). Dalam hati saya “Dalam 10 hari ini saya HARUS membelinya, sebelum ada orang lain yang akan mengambilnya dari tangan saya!” Akhirnya saya terapkan iResolusi 35 L, iRsolusi ini mewajibkan saya untuk menabung minimal 20.000 rupiah setiap hari, dalam 10 hari saya akan mendapatkan uang sebesar 200.000 rupiah. Sisa dari iResolusi 35 L ini akan saya salurkan untuk tambahan dana pada iResolusi +500.
      Dan Alhamdulillah sebelum saya berangkat ke Bali semua iResolusi yang saya rancang bisa saya taklukan 98%. Mungkin cara seperti ini bisa dijadikan salah satu cara yang lumayan manjur untuk teman-teman semua kalo ingin mencapai suatu tujuan (mimpi).

Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya!
            Ini adalah tahap yang paling penting sebelum saya terjun langsung ke lokasi (Bali). Hampir setiap saya berselancar di dunia maya, saya akan menyempatkan waktu untuk browsing informasi tentang Bali. Mulai dari tempat penginapan yang murah, kuliner murah, sampai mana saja tempat-tempat wisata yang wajib saya kunjungi selama di Bali nanti (yang pastinya masih terjangkau dengan kantong mahasiswa, hhahaha…).
            Hasilnya saya bisa tahu mana saja penginapan yang murah di Bali, dll. Menurut informasi yang saya dapatkan. Ini adalah beberapa penginapan yang bisa dikatakan pas untuk kantong mahasiswa. Hhahaha…
1.      Cempaka II
Jl. Poppies II
(60 m dari Monumen Bom Bali-kalo enggak salah kanan jalan)
Telp : 0361-757750  dengan Bapak Kadek
Harga terakhir saya telp (20/1) Rp 80.000,-
Tidak bisa di booking.

2.      Ronta Bungalow
Jl. Poppies II Gang. Ronta
(60 m dari Monumen Bom Bali-kalo enggak salah kanan jalan)
Telp. 0361-754246
Harga terakhir saya ketahui Rp 60.000,-
Tidak bisa di booking.

3.      Losman Arthawan
Jl. Poppies II
(50 m dari Monumen Bom Bali-sebelah kiri jalan)
Telp. 0361-752913
Harga terakhir saya ketahui Rp 60.000,-
Tidak bisa di booking.
            Penginapan di Jalan Poppies 1 dan 2 memang terkenal sebagai surga bagi para Backpacker. Menurut informasi yang saya dapat dari orang Bali asli yang menyewakan motornya kepada saya, Losman Arthawan dan Ronta Bungalow memang sangat terkenal dengan harga yang sangat murah. Tapi yaa.. tidak tahu juga yaa, mungkin ada lagi yang lebih murah. Maaf saya tidak sempat menjelajahi semua penginapan di Jalan Poppies 1 dan 2 untuk menanyakan harga menginap per-semalamnya. 

Pagi hari (21/1) sebelum pukul 6.00 Wakti Bali (WITA) saya sudah sampai di Kuta, tepatnya di depan Jalan Poppies 2 sangat berdekatan dengan Monumen Bom Bali. Awalnya saya memilih untuk menginap di Cempaka II, karena ini adalah penginapan yang paling murah yang telah saya telpon dari beberapa penginapan lainnya. Ketika pertama kali saya memasuki jalan Poppies 2, dengan sangat norak saya berkata, “Ohh, ini toh jalan yang katanya surga bagi para backpacker.” Tapi ngomongnya Cuma didalam hati, hhehehe.. Tak lama kemudian saya bertemu dangan bapak-bapak yang dengan ramah menyapa saya, menanyakan darimana, dan kenapa saya datang ke Bali sendirian. Hhahaha.. Pertanyaan ini sangat sering saya jumpai ketika saya berkunjung ke beberapa tempat wisata di Bali. Iya, memang saya datang ke Bali sendirian dari Malang. Awalnya saya berencana akan Backpacker kesana bersama teman saya. Akan tetapi karena ada sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan, mereka memutuskan untuk membatalkan. It’s oke. No problem with me. Yeahh..! Walau awalnya masih ragu mau Backpacker.an sendiri. Saya mantapkan niat saya 100%. Hmmm.. yuhuuu… Akhirnya bapak-bapak itu menyarankan saya untuk menanyakan harga menginap per-malam di Losman Arthawan. Ternyata saya mendapatkan harga 60.000 rupiah per-malam. Asiiiikk…! Dibawah Budjet!!! Inilah hoki pertama saya. (Budjet saya untuk sewa penginapan adalah 80.000 ripuah. Ehh, ternyata dibawah budjet. Asoiii geboy…).
           
            Jika kalian mau berpergian di Bali, saya sarankan untuk menyewa motor. Karena dengan menggunakan motor kita bisa hemat dalam memanfaatkan waktu dan uang kita. Harga sewa motor di Bali sangat beraneka macam. Ada yang mulai dari 60.000 rupiah sampai 100.000 rupiah. Tapi tenang aja bro, bisa ditawar ko! Apalagi kalo buat turis lokal kaya saya, hhehehe.. Harganya bisa sangat miring. Saya mendapat sewa motor seharga 40.000 rupiah per hari, padahal budjet saya untuk sewa motor yaitu sebesar 200.000 rupiah untuk 4 hari, alias 50.000 rupiah per-hari. So? Hoki Lagi ane gan! Asiiikk.. (Tapi ada juga ko yang sampai 35.000 rupiah. Tergantung kalian nawarnya aja. Gunakan cara menawar dengan tema 1 Bendera, Kita Tetangga, dan Kantong Mahasiswa-baca cerita saya ketika di Pasar Sukowati.red)
            Yang pasti saya bakal share ke kalian tentang buku  yang menemani perjalan saya ini sobb! Judulnya Aku ke Bali, kemarin beli di Gramedia Malang seharga 35.000 rupiah. Tapi sumpah, sangat bermanfaat banget buat kalian yang pengen menaklukan Pulau Dewata dengan budjet terbatas. Cause, dibuku ini udah dijelasin dari tempat makan yang oke (murah dan lumayan puas!), tempat-tempat wisata (beserta poin plusnya, harga, dan fasilitas yang disediakan), hotel/penginapan, tempat clubbing, dll. Wajib kalian beli sob! (Maksa, tapi bukan promosi lho.. hhehehe..)

Balinese Vacation 2124
            Liburan kali ini saya memutuskan untuk Backpacker.an ke Pulau Dewata sendirian. Lho ko sendirian??? Ha? Kan tadi sudah saya ceritakan kan. Toh, ini bisa jadi tantangan sendiri bagi diri saya. “Cahh, bahasa lu jett2! Tinggi benerr sumpah! Hhehehe…” Dengan menggunakan Minibus yang kita biasa menyebutnya “Travel” dari Malang. Dengan mengeluarkan kocek sebesar 160.000 rupiah (kalo pelajar 150.000 rupiah tapi harus photocopy Kartu Pelajar sebanyak 2 lembar) saya meluncur menuju Jalan Poppies 2 - Kuta. Saya memilih Travel karena ini adalah transportasi yang cepat dan murah, dibandingkan dengan bus atau kereta ke Banyuwangi (karena kita mau enggak mau harus oper kendaraan).
            (20/1) Saya dijemput travel pukul 18.30 lebih sedikit. Jadwalnya sih bakal di jemput jam 17.00, tapi molor sampai pukul 18.30an. Maklum jam.nya orang Indonesia memang seperti itu. Ini yang harus kita benahi mulai dari masing-masing individu..  Setelah menjemput para penumpang yang lainnya kami meninggalkan Malang kurang lebih pukul 19.45. Selama di perjalanan saya lebih memilih untuk mendengarkan musik, chatting, atau hanya tiduran, karena tidak ada pemandangan yang bagus untuk dapat saya nikmati. (Kan semuanya gelap, pohon-pohon di kanan-kiri jalan nggak keliatan hijau, hhehe..) Sekitar pukul 1.30 saya sampai di Pelabuhan Ketapang untuk menyebrang ke Pelabuhan Gilimanuk. Saya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk menyebrangi selat Bali. Sesampainya di Tanah Dewata saya harus mengeluarkan KTP (Kartu Tanda Penduduk) saya untuk pemeriksaan. Suasana Bali langsung bisa saya rasakan setelah saya sampai di Pelabuhan Gilimanuk. Banyak sekali Pura-Pura atau bangunan-bangunan yang bercirikan ukiran-ukiran khas Bali. “Waww.. Udah di Bali nih gua sekarang! Ahaiii….” Norak banget sumpahh! (No Comment).
            (21/1) “Cerita Hoki hari ini sudah saya ceritakan sebelumnya kan? Yang masalah penginapan sama nyewa motor  itu lho. Ya sudah jangan diulangi lagi ceritanya nanti kalian bosen lagi, hhehehe..”  Perjalanan saya pagi ini, saya awali dengan mencari sarapan di sekitar Jalan Legian, tapi yang ada hanyalah club-club malam yang sedang istirahat (tutup). Setelah jalan sana-sini, akhirnya saya menemukan warung kecil yang bertuliskan Warung Nasi Kuning “Asiiik Makanan Jawa euy!!” dalam hati saya pasti bakal dapat sarapan murah meriah. Saat saya masuk warung tersebut. Ibu-ibu yang menjualnya memakai kerudung, sebagai tanda bahwa beliau Muslim. “Ohh, aman-aman. Makanan gua insya Allah halal ko! Ga ada unsure-unsur babinya.” (Jangan kaget kalo di Bali kalian ngeliat warung-warung yang dengan jujur memajang tulisan SATE BABI GULING, BABI BAKAR KHAS BALI, dll)  1 porsi nasi kuning plus minuman (teh manis anget/the botoh dingin) saya bayar dengan harga 11.000 rupiah. “Lumayan, ga mahal-mahal amat.” Ketika perjalanan pulang ke penginapan, saya bertemu dengan bule India yang sedang tersesat. Dia menanyakan Jalan Poppies 2, berhubung saya juga akan pulang ke penginapan ya sudah kita jalan bareng, ketika sampai di depan Monumen Bom Bali saya memintanya untuk foto bersama, buat kenang-kenangan aja gitu. Oiia, sebelumnya saya meminta peta Bali dulu di Tourist Information, “Gratis lhoo..!” Jangan khawatir kalo tersesat di Bali, banyak ko Tourist Information yang tersebar di tempat-tempat yang strategis. Apalagi di Kuta, bejibun cuii..! Sesampainya di kamar, saya buka buku Aku ke Bali untuk menentukan planning untuk 4 hari ke depan. Hari ini saya berkunjung ke Bali Art Center yang letaknya berada di Denpasar. Setelah saya Tanya sana-sini akhirnya sampai juga. Kira-kira saya membutuhkan waktu 20 menit untuk dapat sampai di Bali Art Center. Jangan takut tersesat, plang-plang penunjuk jalan disini cukup jelas. Yaa… kalo ragu tinggal Tanya aja sama orang Bali. Jangan malu tanya! Oiia, masuk Bali Art Center cuma bayar 2.000 rupiah. Sore harinya, saya habiskan untuk menikmati sunset di Pantai Kuta bersama teman saya, dia sama keluarganya terus ga sengaja ketemu. Sesudah sholat isya’ saya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Jalan Legian untuk mengisi perut yang sudah terlanjut keroncongan sampai akhirnya saya melihat ada ibu-ibu di samping Pura di Jalan Raya Kuta menjual bungkusan-bungkusan nasi yang sekilas seperti Sego Kucing di Jawa Tengah. Setelah tanya-tanya, ternyata itu adalah Nasi Jinggo,  sego kucingnya wong Bali. Bedanya Nasi Jinggo lebih berisi dibanding Sego Kucing. 2 bungkus Nasi Jinggo plus teh hangat saya bayar dengan selembar uang pecahan sepuluh ribu rupiah. Malam harinya (jam 11an) saya bersama teman saya tadi, menikmati lantunan music-musik nggak jelas yang bikin bokong saya bergoyang. Hhahaha.. Clubing maksud saya..
            (22/1) Hari ini planning saya adalah menaklukan bagian Selatan Bali, pertama-tama saya mengisi perut saya dengan masakan yang diberi nama Hiu Bakar versi pak Item yang letak warungnya di Jalan Raya Kampus  UNUD (Jimbaran, sebelah kiri jalan kalo dari Kuta), selanjutnya saya mengunjungi GWK (Garuda Wisnu Kencana)  Culture Park, yang menjadi alas an saya untuk datang kesini adalah rasa penasaran sama patung yang katanya bakal jadi patung terbesar di Asia. Dengan mengeluarkan kocek 25.000 kita sudah disuguhi banyak pertunjukan-pertunjukan. Berikut ini adalah jadwal pertunjukkan di GWK Culture Park.

0 komentar:

Posting Komentar